• Breaking News

    SELAMAT DATANG DI PUSAT LENDIR Aman Dan Terpercaya !!

    Sabtu, 04 Februari 2017

    Cerita Pusat Lendir,Crott Berantakan

    Cerita Pusat Lendir.Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex Crott berantakan – Ferry, Seorang Bujangan berumur 28 Tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini, dimana dia harus melakukan tes wawancara

    Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga.

    Sudah dua hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti.

    Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen.

    Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.

    Perlahan aku mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.

    “Iya, ada perlu apa, Pak..?”
    “Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Ferry seketika.

    “Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Ferry masuk.

    “Hm.., baik, terima kasih.”
    Sejenak kemudian Ferry sudah duduk di kursi ruang tamu.

    Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Ferry memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Ferry dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.

    “Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”
    Terhenyak Ferry dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

    “Oh.., eh.. selamat siang,” Ferry tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”
    “Panggil saya Bu Indah..,” tukas wanita itu menyahut.
    “Hm.., o ya, Bu Indah, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”
    “Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”
    “Ferry Bu,” sahut Ferry seketika.

    “Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Ferry bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Ferry, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.”

    Dengan singkat Bu Indah menjelaskan semuanya.
    “Hm, suami Ibu..?” tanya Ferry singkat.
    “Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Indah singkat.
    “Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Ferry kemudian.
    “Hm, begini, Nak Ferry mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Indah menerangkan.


    “Baiklah Bu Indah, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Ferry.
    “Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”

    Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Ferry disitu dengan Bu Indah, Ida anak Bu Indah dan Bik Sumi pembantu Bu Indah.

    Sudah satu bulan ini Ferry tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Ferry punya keinginan yang aneh terhadap Bu Indah.

    Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian. Ferry tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian.

    Bagaimana Bu Indah menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Ferry bercinta dengan Bu Indah. Apalagi sering Ferry melihat Bu Indah memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Indah yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Ferry menyentuhnya.

    “Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Ferry suatu saat.
    “Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

    Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Indah tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit.

    Tinggallah Ferry dan Bu Indah sendirian di rumah. Tapi Ferry sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Indah. Lama Ferry di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Indah menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Ferry pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.

    “Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Ferry berbasa-basi.
    “Oh, silakan Nak Ferry..,” mempersilakan Bu Indah kepada Ferry.
    “Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Ferry, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Indah kemudian.

    “Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Ferry sekenanya.
    Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

    “Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Ferry tiba-tiba.
    “Lho, tidak usah Nak Ferry, kok repot-repot..,”

    “Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”

    “Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Indah sambil tersenyum.
    “Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Ferry bergegas ke dapur.

    Tidak lama kemudian Ferry sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.

    “Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”
    “Terima kasih, Nak Ferry.”

    Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Indah sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Indah sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Ferry melihatnya.

    “Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Ferry penuh kemenangan.

    “Beruntung sekali tadi Bu Indah mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Indah,” gumamnya sekali lagi.

    Sejenak Ferry memperhatikan Bu Indah, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Ferry yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu.

    Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Indah, spontan Ferry menarik kedua tangannya.

    “Mengapa harus gugup, Bu Indah sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Ferry dalam hati.
    Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Ferry kemudian membopong tubuh Bu Indah memasuki kamar Ferry sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Ferry sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.


    Tidak lama kemudian Ferry sudah mengikat kedua tangan Bu Indah di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Indah yang telentang itu, tidak sabar Ferry untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Indah.

    “Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Indah,” kata Ferry dalam hati.
    Satu-persatu Ferry melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Indah. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Ferry menyingkirkannya ke lantai.

    Terlihat sekali sekarang Bu Indah sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

    Diamati oleh Ferry mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

    Sesaat kemudian Ferry sudah menciumi tubuh Bu Indah mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Ferry mendarat di payudara Bu Indah.

    Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Indah, tapi Ferry tidak memperdulikannya. Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Ferry.

    Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Ferry. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Ferry melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

    Satu-persatu Ferry melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Ferry sudah tidak beda dengan keadaan Bu Indah, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

    Terlihat kemaluan Ferry yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Indah. Tersenyum Ferry melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

    Perlahan-lahan Ferry kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Indah yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Indah.

    Ferry merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Ferry sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Indah.

    Ketika Ferry menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Indah sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Indah,

    “Ah.., ah.., ah..!”
    Tapi Ferry tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.

    “Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Ferry melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.

    “Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Ferry mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Indah yang montok itu.

    Lama Ferry melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Indah. Akhirnya Ferry merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Indah.
    “Ser.., ser.., ser..,” Ferry merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Indah.

    “Oh.. ah.. oh.. Bu Indah.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Ferry.
    Setelah itu Ferry merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Indah dengan posisi memeluk tubuh Bu Indah yang telah dinikmatinya itu.

    Lama Ferry dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Indah yang sudah mulai siuman.

    Secara reflek, Ferry bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Ferry berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Indah.

    “Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”
    Sebentar kemudian suasana menjadi hening.

    “Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Indah pelan dan serak.

    Suasana hening agak lama. Ferry tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.
    Terdengar lagi suara Bu Indah mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Indah.

    Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Ferry, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Indah, Ferry harus berterus terang mengatakannya semuanya.

    “Ini saya..,” gumam Ferry lirih.
    “Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Indah agak keras.
    “Bukan, ini saya Bu.., Ferry..,” Ferry berterus terang.
    “Ferry..!” kaget Bu Indah mendengarnya.
    “Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Ferry..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Indah kemudian.

    Kemudian Ferry bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Indah, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Indah dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Indah.

    Juga tidak lupa Ferry menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Indah selama Bu Indah tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Indah mendengar semua perkataan Ferry. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Indah bicara lagi.

    “Ferry.., Ferry.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”

    “Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”
    “Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”

    “Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

    “Oh, tidak Ferry, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Ferry tidak hanya kamu saja.”

    “Benar Bu..?” tanya Ferry kaget.
    “Benar Ferry, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Indah kemudian.
    Tanpa pikir panjang lagi, Ferry segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam.

    Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Indah terikat tangannya.

    “Oh Ferry, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Ferry..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”

    Perlahan Ferry mendekati Bu Indah, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Indah yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Indah masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Indah yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Indah menggelinjang keenakan.

    “Terus.., Ferry.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Indah bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Ferry.

    “Tapi, Ferry, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta IBu Indah memelas.
    “Baiklah Bu.”

    Sedetik kemudian Ferry sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Indah. Setelah itu Ferry duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Indah.
    “Nah, begini kan enak..,” kata Bu Indah.

    Sesaat kemudian ganti tangan Bu Indah yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Ferry, tidak lama kemudian kemaluan Ferry yang diremas-remas oleh Bu Indah mulai mengencang dan mengeras.

    Benar-benar hebat si Ferry ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

    “Oh.., Ferry, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.”


    kata Bu Indah lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Ferry yang sudah membesar itu.
    Diperlakukan sedemikian rupa, Ferry hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.

    “Bu Indah, oh Bu Indah, terus Bu Indah..!” pinta Ferry memelas.
    Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.

    “Oh Ferry, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Indah memelas dan memohon.

    Sesaat kemudian Ferry sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Indah yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Indah yang indah itu.

    “Oh, ah, oh, ah.., Ferry oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Indah yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Ferry yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Indah. Reflek Bu Indah memeluk erat-erat tubuh Ferry sambil sesekali mengusap-usap punggung Ferry.

    Sampai suatu ketika, tangan Bu Indah memegang kemaluan Ferry dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Ferry mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Indah, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Indah agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Indah dengan kedua kakinya untuk terus telentang.

    Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Ferry sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Indah, sekarang agak gampang Ferry menembusnya, Ferry sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Indah.

    Kemudian dengan reflek Ferry menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Indah.

    “Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Ferry melakukan aktivitasnya itu.
    Terlihat tubuh Bu Indah bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Ferry.

    “Ah.., ah.., oh.. Ferry.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Ferry, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Indah yang keenakan.

    Lama Ferry melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Indah. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Indah.

    “Oh.., ah.. Bu Indah, oh.., kamu memang cantik Bu Indah, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Ferry keenakan.

    “Oh.., Ferry.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Ferry.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”



    OmPoker.com #JudiOnlineTerpercaya
    Poker | Domino | Capsa Susun | Togel | Casino | Sabung Ayam | Bola.
    Temukan game dan peluang kemenangan yang lebih mantap! PRAKTIS!
     Agen Poker Online Terpercaya Di Indonesia 2017

    Semakin cepat gerakan Ferry menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Indah, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Indah mengikuti irama permainan Ferry, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.

    Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Indah merintih, “Oh.., ah.., Ferry.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Ferry.., kamu memang perkasa..!”
    “Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Ferry menimpali.

    “Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Indah..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Ferry kemudian.
    Setelah berkata begitu, Ferry menambah genjotannya terhadap Bu Indah, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Ferry menindih tubuh Bu Indah.

    Sampai akhirnya Ferry merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Indah. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.
    “Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Ferry mengalir ke dalam vagina Bu

    Indah, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Indah seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Ferry.
    Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

    Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Indah.
    “Ferry, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Indah sambil tangannya mengelus-elus rambut Ferry.

    “Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,”
    sahut Ferry dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Indah.Suasana yang begitu mesra.

    “Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta IBu Indah.

    “Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Ferry kemudian.
    “Ah, kamu bisa saja Fer,” tersungging senyum di bibir Bu Indah.

    “Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Ferry.
    “Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur.

    Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Indah manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Ferry.

    Sejenak Ferry memandang wajah Bu Indah, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah.

    Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan. – Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru


                                                            Nonton Film Bokep Klik Disini

                                                   

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Fashion

    Beauty

    Travel